Sabtu, 24 Desember 2016
Selasa, 30 Agustus 2016
Ceritanya kami berdelapan orang berencana akan ke Jogja dalam rangka menghadiri pernikahan Bimo. Tiket sudah dibeli, dan semua sudah dipersiapkan. Kami terjadwal berangkat pada hari Jumat, jam 21.45. Pagi hari kami sudah saling mengingatkan agar tidak terlambat, dan hadiah sudah dibeli.
Dan malam tiba, dan Allah memberi berkah ke Jakarta berupa hujan deras mulai dari sore sampai malam. Bingung segera melanda karena jam 20.30 saya masih terjebak di kosan dalam keadaan ga punya payung. Okee,... ambil resiko. Ambil jaket, lari ke luar gang dan naik taksi. Sepatu nyelup, baju dan tas basah. Sampai stasiun senen Jam 21.20 Di tengah jalan, saya baru tahu bahwa Meta masih di Ciplaz. Langsung saya pesankan Uber untuk mengantarkannya ke Stasiun Senen.
Hakim yang sudah berada di senen mencetak tiket kami berdelapan. Saya berpikir bahwa Meta adalah penumpang yang paling kritis. Ternyata, Meta adalah penumpang ke 3 dari kami ber 8. Yang lain? Suma dan Moan masih di kantornya, Dicky dalam perjalanan, Fery entah di mana, dan Rudy sudah menyatakan menyerah. Pada titik-titik kritis, Dicky datang. Dia memilih untuk menunggu Fery. Saya, Hakim, dan Meta sudah masuk ke kereta. Dan sampai kereta bergerak, fix kami cuma ber 3 yang selamat.
Selasa, 23 Agustus 2016
Yang menyapa pantai sebentar saja lalu pergi
Dan kembali ke pelukan samudra yang menenangkannya
Dihancurkannya dia oleh ombak yang berdebar
Dan tetap menunggu meski ia terkikis
Lalu ia tenggelam dalam senja
21 Agustus 2016
Kamis, 04 Agustus 2016
Malam pernah berkomplot dengan senja
Untuk mengintip hangatnya matahari
Sesaat saja lalu pergi, karena ia tahu diri
Apakah malam pernah bermimpi memeluk matahari?
Aku rasa malam punya logika dan rasa
Ia hanya menikmati lilin, api unggun, dan lampu-lampu kota
Bukan dengan matahari yang selalu bercumbu dengan pagi
Yang terkutuk mencintaimu matahari
Kau usir aku saat pagi dan kau berlari saat senja
Kan ku jawab ini lebih dari rasa
Toh malam tak pernah berhenti mengejar matahari yang terus berlari
Minggu, 31 Juli 2016
Perjalanan ini adalah perjalanan ke Singapura pada saat Lunar New Year. Perjalanan ini ditemani Niken Firdha, Petty dan Intan Hapsari
Minggu, 17 Juli 2016
Aku melepaskan waktu dari cinta
Agar padamu, ia tak berbatas usia
Aku melepaskan rupa dari cinta
Agar padamu, bersemayam selamanya
Dan tak kusandarkan pada harta
Agar padamu, ia tak sekadar fana
Izinkan aku meletakkan iman di atas cinta
Agar padamu, ia terjaga dari murkaNya
Minggu, 19 Juni 2016
Ketika mata dipeluk dosa
Pikiran tertawan prasangka
Dan rasa yang tertahan di bilah-bilah waktu
Berputar mempergilirkan harap dan takut
Ketika cinta tertanam di bumi
Hati kan terlepas dari langit
Dan hidup yang tertelikung paras dunia
Mengharapkan dedangan puja dan sanjung
Di surau kecil ujung jalan ini aku bersimpuh
Aku mengadu kepadaMu tentang harap dan takut
Yang terselundup dalam setiap sujud
Jakarta, 14 Juni 2016
Jumat, 20 Mei 2016
Sabtu, 14 Mei 2016
Minggu, 01 Mei 2016
Menepis debu di pelipis
Pedas mata menyapa asap
Mengencangkan ikat pinggang untuk sekadar berkompromi dengan lapar
Suara pekak di telinga, meneriakkan segala kesedihan
Lima ratus meter dari situ, tuan dan nyonya berdansa-dansa
Mendentingkan gelas wine merah
Berteman daging setengah matang
Tertawa dan terbahak, menertawakan dunia yang dimainkannya
Jakarta begitu adil, dengan definisi yang dimilikinya
Adil yang penuh pemakluman dan kompromi
Adil yang dimainkan dan ditertawakan
Ditulis pada dini hari
Jakarta, 1 Mei 2016
Sabtu, 30 April 2016
Ini bukan soal jumlah
Karena yang berlimpah bisa melalaikan dan yang berbatas bisa mengerdilkan
Ini bukan soal jalan
Karena yang mudah bisa menyombongkan dan yang sulit penuh menyalahkan
Ini bukan soal ruang
Karena yang lapang penuh syukur dan yang sempit penuh sabar
Dan sebenarnya ini soal berkah
Seberapa mendekatkan kepadaNya, seberapa mengingatkan kepadaNya
Berkah, sebuah kata yang menghantuiku satu tahun terakhir
Minggu, 07 Februari 2016
Aku merindumu Jakarta
Dalam ramaimu, kesepianku tersamar
Dalam kejammu, lemahku termaafkan
Dalam riuhmu, bisuku tenggelam
Aku merindumu Jakarta
Kusisakan ruang kecil dalam benciku
Kubiarkan lilin kecil menyala di sana
Agar hangat ketika aku ingin memelukmu
Aku merindumu Jakarta
Aku melihat bayangan kehidupan
Dalam setiap lembaran kaca gedung megah itu
Dan aku tahu di mana aku harus berpulang
Ditulis tanggal 7 Feb 2016
Chinatown, Singapore.