Catatan Kecil Tentang Museum - Catatan Kecil

Senin, 09 Juli 2012

Catatan Kecil Tentang Museum


Jakarta terik siang itu. Saya menyusuri kota tua yang ada di jakarta. Saya memang jarang ke Jakarta, tapi saya langsung jatuh cinta dengan kota tuanya. Siang itu saya berkunjung ke museum yang ada di kompleks kota tua. Bertemu anak kecil, yang kira-kira kelas 6 SD, di Museum Bank Indonesia, saya iseng bertanya ke anak kecil itu, “Dik, Museum itu artinya apa sih?” dengan sangat lugas dia menjawab,”tempat menyimpan benda bersejarah.” Jawaban yang benar menurut saya, karena pada KBBI pun museum didefinisikan:

 mu·se·um /muséum/ n gedung yg digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, spt peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno.

Tidak salah kan jawaban adik itu, tetapi menurut saya, definisi ini mengaburkan maksud dan tujuan pendirian filosofi museum itu sendiri. Jika seseorang memahami sesuatu itu A, maka dia akan cenderung memperlakukan sesuatu itu A. Maksudnya jika seseorang memahami museum itu adalah tempat penyimpanan, maka dia akan memperlakukan museum sebatas tempat penyimpanan. Hampir sama dengan penengertian gudang. Tentu ini jauh dari tujuan didirikannya museum. Saya pribadi mempunyai pendapat, museum itu adalah tempat belajar mengenai sejarah selain cara tekstual. Ya, museum itu adalah tempat orang belajar mengenal dirinya, masyarakatnya, dan bangsanya ditinjau dari masa lalu, dan mempergunakan pengetahuan itu untuk membangun masa depan. Sayangnya, sedikit masyarakat yang peduli atau setidaknya ingin mengenal museum, dan tidak semua museum dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Apa kriteria museum yang baik? Menurut saya, ada tiga kriteria dasar museum itu bisa disebut museum yang baik.

1. Jujur
Meseum yang jujur adalah museum yang menampilkan sisi gelap maupun sisi buruk sejarah. Museum hendaknya tidak hanya menampilkan sisi positif dari sejarah, sehingga masyarakat pengunjung museum bisa lebih objektif dalam menilai dan belajar sejarah. Masyarakat sangat perlu mengenal dan mengerti sisi gelap sejarah suatu bangsa, sehingga kemungkinan untuk mengulang semakin kecil.

2. Interaktif
Karena tujuan didirikannya museum adalah tempat belajar, maka museum harus bisa berinteraksi dengan pengunjung, bukan tempat penyimpanan yang bisu, sehingga pengunjung  hanya dapat melihat benda mati saja. Dengan adanya interpreter baik manusia ataupun diwakili multimedia yang mumpunu, diharapkan pengunjung dapat belajar dengan baik. Interaksi bukan hanya penyampaian informasi satu arah saja, tapi dapat dimungkinkan dua arah.

3. Bernyawa
Ini kriteria yang peling penting menurut saya. Bangunan penyimpanan akan tetap mati jika tidak ada mengisi nyawa. Nyawa dari sebuah bangunan adalah aktivitas manusia didalamnya. Jika tidak ada aktivitas, maka matilah bangunan itu. Pun dengan museum, harus ada aktivitas untuk mengisi museum tersebut. Menggelorakan cinta museum tidak bisa dicapai dengan menunggu dan berharap pengunjung datang dengan sendirinya. Event seru harus ada di setiap museum.

Tidak bisa dipungkiri bahwa museum di Indonesia tengah bergelut dengan ketiadakan dana, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Silahkan cek, berapa persen dana APBD yang dialokasikan untuk museum, sangat kecil. Pengelola harus memutar otak bagaimana menghidupkan museum ditengah keterbatasan yang ada. Pengelola dituntut kreatif dalam usaha pembangunan museum.
            Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat biasa? Cintai museum, itu lebih dari cukup. Mencintai mengandung konsekuensi yaitu, mengunjungi, merawat, mempromosikan. Omong kosong mencintai museum tanpa mengunjunginya. Berapa museum yang sudah Anda kunjungi di kota Anda? Beberapa kawan ditanya seperti itu menjawab, “boro-boro mengunjungi museum, museum apa aja yang ada di kota ini aku ga tahu.” Nah lo.. kedua adalah merawat. Banyak benda museum yang rusak akibat tangan jahil pengunjung. Keterlaluan banget kali ya, di museum aja masih bisa usil. Nikmati tanpa merusak agar semua orang bisa ikut menikmatinya. Ketiga ikut promosikan. Pakai banner? Atau pakai baligho? Ga perlu bos. Jika ada kawan atau saudara yang berkunjung ke kota Anda, lalu biasanya minta ditemani jalan-jalan, ajak aja ke museum. Seru tuh. Mengenalkan sejarah plus promosi museum. Asik dan efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar